Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Terbaru

Minggu Tenang yang Tak Tenang; Catatan Jelang Pilkada

22
×

Minggu Tenang yang Tak Tenang; Catatan Jelang Pilkada

Sebarkan artikel ini

Oleh

Ahmad Harun Yahya, M.Si

Example 300x600

Setelah berbagai tahapan Pilkada serentak 2020 dilalui, mulai dari pendaftaran calon, penetapan calon, pelaksanaan kampanye hingga debat antar calon. Akhirnya, sampailah kita pada masa tenang pilkada 6-8 desember 2020. Jelang tiga hari sebelum pencoblosan berbagai atribut kampanye telah dibersihkan dan segala bentuk kampanye sudah “Diharamkan”. Para calon bupati pun kemarin menutup kampanye dengan berbagai macam kegiatan, hari terkahir kampanye kemarin, calon 01 Mulyani melakukan ziarah, calon 02 UAS menutup kampanye dengan kampanye di wilayah tungkal ilir, dan calon 03 Mukhlis menutup kampanye dengan menggelar acara di kediaman pribadinya.

Masa tenang pemilu adalah penamaan khas pemilu di Indonesia, filosofi dari masa tenang ini adalah dimaksudkan agar para pemilih dapat memanfaatkan waktu jelang pemilihan untuk berpikir tenang guna mengambil sebuah “ijtihad politik” dan memantapkan pilihannya pada 9 desember besok. Bagi para calon masa tenang ini semestinya digunakan untuk banyak refleksi diri, berdoa dan tawakkal karena ikhtiar telah dimaksimalkan.

Akan tetapi, masa tenang pilkada ini boleh jadi justru menjadi masa yang tak tenang bagi pasangan calon, tim sukses, penyelengara pemilu bahkan masyarakat. Bagi paslon dan timses masa tenang ini boleh jadi dipenuhi ketidak tenangan dan kegundahan hati, bagaimana tidak? Segala energi telah dikuras baik secara materil dan non materil, konsekuensi dari pemilihan terbuka semacam ini adalah menelan cost (biaya) politik yang tidak sedikit. Belum lagi kegundahan karena terkait potensi kalah, karena dari ketiga pasangan calon bupati dan wakil bupati tanjab barat punya peta kekuatan yang hampir cukup berimbang, kesemuanya memiliki potensi kemenangan yang sama.

Kemudian, ketidak tenangan bagi penyelenggara, pilkada serentak di tengah pandemi 2020 adalah pertahuran bagi kualitas demokrasi di Indonesia. Sejak awal pandemi, kita semua meraba-raba karena melakukan pemilihan dengan protokol kesehatan ditengah pandemi belum pernah dilakukan sepanjang sejarah pemilu di Indonesia bahkan di dunia. Mampukah pemilu kita sukses di gelar seperti halnya di negara Singapura dan Korea Selatan? Sedangkan dalam kondisi normal saja masih banyak persoalan pemilu yang masih perlu diperbaiki dan di sempurnakan. Belum lagi persoalan partisipasi pemilih, jelang pemilihan saja angka pasien positif covid-19 terus meningkat dan kebanyakan yang terkonfirmasi positif adalah dari penyelenggara pemilu itu sendiri. Kondisi ini akan menambah kecemasan masyarakat untuk datang menggunakan hak pilihnya. Akhirnya, jika angka partisipasi pemilih rendah , maka, keterpilihan kandidat menjadi minim legitimasi dan tidak berkualitas meskipun tetap sah secara hukum.

Selanjutnya, bagi pengawas pemilu, penindakan pelanggaran pada masa tenang juga menjadi tantangan dan perlu keberanian pengawas pemilu, masa tenang sering kali dimanfaatkan dengan kampanye-kampanye terselubung dan momentum “sedekah politik” baik dalam bentuk uang, barang ataupun yang lainnya. Selama ini praktek “sedekah politik” khususnya politik uang pada momen pemilu memang ibarat hantu, ia ada tapi entah kenapa sulit untuk ditangkap dan dibuktikan. Pengawas pemilu harus berani menindak tegas segala macam bentuk pelanggaran pada masa tenang hingga pencoblosan nanti.

Bagi masyarakat, kegundahan di masa tenang juga tentu terasa, iming-iming politik uang, konflik sosial dan kecemasan terkait penyebaran covid-19 yang tinggi boleh jadi menghantui pikiran masyarakat, belum lagi persahabatan yang mungkin retak karena beda pilihan politik.

Sebagai akhir penutup catatan di atas, sudah semestinya masa tenang ini digunakan untuk merenung dan refleksi. Catatan dan persoalan yang penulis sampaikan semoga menjadi bahan evaluasi guna perbaikan sistem demokrasi kita agar bermartabat dan berkualitas. Kita semua tentu menginginkan harmonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara serta menciptakan demokrasi yang sehat dan berkualitas. Untuk mewujudkan itu semua memerlukan komitmen semua pihak, mulai dari partai politik, pasangan calon, penyelenggara pemilu hingga masyarakat.

Semoga Pilkada serentak 2020 berjalan sukses, pemilih sehat, pemilu berkualitas dan pilkada damai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *